3 Musuh Fokus Kerja? Pakar Kesehatan Mental Ungkap Solusinya!

Advokat kesehatan mental, Gayathri Arvind, mengungkap tiga hambatan utama yang menghambat kemampuan kita untuk fokus dan menyelesaikan pekerjaan. Ia menekankan bahwa penyebabnya seringkali tersembunyi dalam kebiasaan sehari-hari, kondisi biologis, dan lingkungan sekitar.
Arvind menjelaskan bahwa banyak orang merasa kesulitan fokus karena otak mereka sudah lelah sebelum memulai aktivitas. Ini disebabkan oleh aktivitas pagi hari yang tampak sepele namun menguras energi kognitif.
Otak Lelah Sebelum Memulai Aktivitas
Aktivitas seperti mengecek media sosial, membalas pesan, atau memilih pakaian, secara diam-diam menguras energi mental. Scrolling tanpa tujuan, misalnya, merupakan aktivitas yang sangat merangsang otak secara berlebihan.
Untuk mengatasinya, kurangi pengambilan keputusan kecil di pagi hari. Hindari pula stimulasi digital yang berlebihan saat memulai hari dan rencanakan tugas penting saat energi mental masih optimal.
Arvind membandingkan kondisi ini dengan baterai ponsel yang terkuras sebelum siang hari karena terlalu banyak aplikasi yang dibuka. Manajemen energi mental sama pentingnya dengan manajemen baterai ponsel.
Kebutuhan Dasar Otak Terabaikan
Fokus bukan hanya soal aplikasi produktivitas atau kafein. Otak membutuhkan nutrisi yang cukup untuk berfungsi optimal.
Otak, meskipun hanya 2% dari berat badan, membutuhkan 20% energi harian tubuh. Asupan nutrisi seperti protein, lemak sehat (omega-3), vitamin B, magnesium, dan seng sangat penting.
Prioritaskan makanan bergizi dengan protein dan lemak sehat. Hindari karbohidrat kosong dan lonjakan gula. Istirahat cukup dengan tidur 7-8 jam setiap malam dan batasi paparan layar sebelum tidur.
Terjebak dalam “Reaction Mode”
Di era digital, banyak orang terjebak dalam “reaction mode”. Perhatian mereka sepenuhnya dikendalikan oleh notifikasi dan tuntutan eksternal.
Kemampuan fokus terganggu karena kita hanya bereaksi, bukan memilih untuk fokus. Ini menciptakan siklus yang membuat kita sulit berkonsentrasi.
Sadari bahwa sistem digital dirancang untuk mencuri perhatian. Latih fokus secara bertahap, seperti melatih otot. Jadwalkan waktu fokus dan minimalisir gangguan digital.
Sebelum melakukan sesuatu, tanyakan pada diri sendiri: “Apakah ini layak menerima energi saya saat ini?”. Fokus adalah keterampilan yang bisa dilatih, bukan kondisi alami. Bangun ruang mental dan digital untuk benar-benar hadir dalam aktivitas yang dikerjakan.
Dengan memahami dan mengatasi ketiga hambatan ini, kita dapat meningkatkan kemampuan fokus dan produktivitas. Membangun kebiasaan yang mendukung kesehatan mental dan energi kognitif akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi kehidupan kita.