Berita

Rahasia Sukses Bermedia Sosial: Etika Digital Kelas 8 Halaman 169

Kurikulum Merdeka di Indonesia tidak hanya fokus pada prestasi akademik. Ia juga menekankan pembentukan karakter melalui pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata.

Salah satu contohnya terlihat dalam buku Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas 8 SMP. Buku tersebut membahas perilaku remaja di era digital, khususnya penggunaan media sosial.

Buku PAI kelas 8 SMP, halaman 169 (edisi 2021, Kemdikbudristek), mengajak siswa merefleksikan kebiasaan mereka memberi “like” di media sosial.

Memahami Motivasi di Balik Sebuah “Like”

Aktivitas 2 pada halaman tersebut meminta siswa untuk menganalisis motivasi mereka saat memberi “like”. Pertanyaan sederhana ini memicu refleksi mendalam tentang perilaku digital.

Tujuannya bukan sekadar mendapatkan jawaban benar, tetapi untuk menumbuhkan kesadaran akan dampak setiap tindakan di dunia maya.

Dunia maya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube digunakan untuk berbagai keperluan.

Oleh karena itu, pembelajaran yang menangani etika digital menjadi sangat penting. Ini membantu remaja menggunakan media sosial secara bertanggung jawab.

Interpretasi Motivasi Berdasarkan Nilai-Nilai Islam

Berikut beberapa contoh motivasi memberi “like” dan interpretasinya dalam konteks nilai-nilai Islam:

**Rasa Setuju:** Memberi “like” sebagai bentuk persetujuan terhadap suatu konten. Dalam Islam, persetujuan berarti dukungan, sehingga penting untuk memastikan konten yang didukung tidak bertentangan dengan ajaran agama.

QS. Hud: 113 mengingatkan kita untuk tidak mendukung hal-hal yang salah. Ini menekankan pentingnya bijak dalam memberikan dukungan, bahkan secara tidak langsung.

**Motivasi dan Apresiasi:** Memberi “like” sebagai bentuk dukungan dan apresiasi. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam untuk saling memberikan semangat.

Hadits “Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah” (HR. Ahmad) menunjukkan pentingnya menghargai kebaikan orang lain.

**Ekspresi Emosi:** “Like” sebagai ungkapan emosi positif seperti bahagia atau terinspirasi. Mengekspresikan syukur merupakan bagian dari ibadah dalam Islam.

Namun, Islam juga menekankan *tawasuth* (sikap pertengahan) dan *i’tidal* (keseimbangan) dalam segala hal, termasuk berekspresi di media sosial.

**Interaksi Sosial:** “Like” sebagai alat komunikasi dan bentuk perhatian. Ini mencerminkan pentingnya *ukhuwah* (persaudaraan) dalam Islam.

Hadits Rasulullah SAW, “Tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim) menunjukkan pentingnya kasih sayang dan perhatian antar sesama.

**Dukungan Isu Sosial:** “Like” sebagai bentuk dukungan terhadap isu-isu sosial seperti kemanusiaan dan lingkungan. Ini sejalan dengan prinsip *amar ma’ruf nahi munkar* (mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran).

Pengembangan Karakter dan Relevansi Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka menekankan pengembangan karakter siswa. Materi ini melatih siswa untuk berpikir kritis, bertanggung jawab, berempati, dan meningkatkan kesadaran sosial.

Nilai-nilai tersebut sejalan dengan profil Pelajar Pancasila: beriman, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Dengan mengaitkan agama dengan isu-isu aktual, pembelajaran PAI menjadi lebih relevan. Siswa belajar menerapkan nilai-nilai agama dalam konteks kehidupan sehari-hari, termasuk di dunia digital.

Manfaatnya meliputi peningkatan literasi digital beretika, pengurangan risiko perundungan, dan pertumbuhan kesadaran spiritual di ruang digital.

Artikel ini hanya sebagai referensi. Siswa didorong untuk menjawab pertanyaan secara mandiri dan berdiskusi dengan guru dan orang tua. Proses ini lebih penting daripada sekedar mendapatkan jawaban yang benar.

Pembelajaran PAI yang mengintegrasikan isu-isu digital membantu membangun karakter siswa yang cerdas secara intelektual, matang secara emosional, dan beriman secara spiritual. Inilah kunci untuk mencetak generasi masa depan yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button