Pakar Ungkap Rahasia Mengelola Emosi: Tenang & Bahagia Sejati

Advokat kesehatan mental, Gayathri Arvind, mengajak publik untuk memahami arti sebenarnya “memproses emosi dengan benar”. Istilah ini, menurutnya, seringkali disalahpahami.
Arvind menjelaskan hal tersebut dalam kanal YouTube Abhasa – Mental Health pada 22 Juni 2025.
Memahami Pesan Kimiawi Tubuh: Apa Itu Emosi?
Emosi, menurut Arvind, adalah pesan kimiawi dari tubuh kita. Pesan ini membimbing kita dalam merespons situasi tertentu.
Penelitian ilmiah menunjukkan emosi, jika tanpa pikiran tambahan, berlangsung singkat, sekitar 90 detik.
Mengidentifikasi Jenis-jenis Emosi
Arvind mengklasifikasikan emosi menjadi tiga jenis utama. Pertama, emosi primer seperti takut, sedih, atau bahagia.
Kedua, emosi sekunder muncul karena pengondisian sosial, misalnya rasa bersalah karena marah.
Ketiga, emosi kompleks seperti iri hati atau putus asa, yang lebih berlapis.
Mitos Pemrosesan Emosi dan Cara Menghadapinya
Contohnya, rasa cemburu pada keberhasilan sahabat membeli rumah baru. Rasa cemburu itu muncul, tubuh bereaksi, lalu mereda.
Namun, pikiran seperti “Saya seharusnya tidak merasa begini” memunculkan rasa malu, bersalah, sedih, dan seterusnya. Ini bukan masalah emosi, tetapi pikiran tambahan.
Pola pikir ini terbentuk dari pengondisian dan kepercayaan sejak kecil.
Kita tak bisa mencegah pikiran muncul, tapi bisa memilih pikiran alternatif.
Saat merasakan emosi kuat, berhentilah sejenak. Tanyakan pada diri sendiri, “Apa pesan emosi ini?”.
Hadapi emosi dengan rasa ingin tahu, bukan ketakutan.
Kecemburuan bisa menunjukkan keinginan terdalam kita, kemarahan menunjukkan nilai yang kita junjung.
Dengan memahami emosi, kita mengurangi kekuasaannya atas diri sendiri.
Pada akhirnya, memahami emosi dan memisahkannya dari pikiran tambahan merupakan kunci dalam mengelola kesehatan mental. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat hidup lebih tenang dan bahagia.