Pencarian Korban KMP Tunu Pratama Jaya: Menhub Perintahkan Aksi Cepat
Tragedi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali: Perjuangan Penyelamatan di Tengah Gelombang Tinggi
Insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu, 2 Juli 2025, telah mengguncang Indonesia. Kejadian ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan menimbulkan keprihatinan luas atas keselamatan pelayaran di perairan Indonesia. Upaya pencarian dan penyelamatan pun langsung digencarkan.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi langsung menginstruksikan percepatan proses pencarian dan penyelamatan. Koordinasi antar instansi terkait menjadi kunci keberhasilan operasi SAR.
Operasi Pencarian dan Penyelamatan: Tantangan di Tengah Kondisi Laut yang Ekstrim
Operasi pencarian dan penyelamatan melibatkan tim gabungan dari Basarnas, TNI/Polri, Syahbandar, KPLP, ASDP, dan instansi terkait lainnya. Koordinasi dilakukan di bawah Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR). Hingga Kamis siang, 31 penumpang berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat, sementara empat penumpang dinyatakan meninggal dunia.
Pencarian terus dilakukan untuk menemukan penumpang lainnya. Namun, kondisi cuaca ekstrim berupa gelombang laut setinggi 2,5 meter, angin kencang, dan arus kuat di lokasi kejadian menjadi kendala besar. Armada laut dan tim penyelamat dari berbagai instansi terus dikerahkan untuk mendukung operasi pencarian.
Kronologi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya
KMP Tunu Pratama Jaya berangkat dari Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk pada Rabu, 2 Juli 2025, pukul 22.56 WIB. Kapal tersebut membawa 65 orang, terdiri dari 53 penumpang, 12 kru, dan 22 kendaraan.
Sekitar pukul 23.35 WIB, kapal dilaporkan tenggelam di perairan Selat Bali. Laporan tersebut segera diteruskan ke Basarnas Kantor SAR Surabaya pukul 23.40 WIB. Basarnas Command Center langsung menyiarkan informasi tersebut ke seluruh kapal di sekitar lokasi kejadian untuk memulai operasi SAR.
Peran Basarnas dan Armada Penyelamat
KN SAR Permadi dari Kantor SAR Surabaya dan KN SAR Arjuna dari Kantor SAR Denpasar dikerahkan sekitar pukul 05.30 WIB untuk memperkuat operasi SAR. Helikopter Dauphin AS365 HR-3606 juga dikerahkan untuk observasi udara, pencarian visual, evakuasi, dan koordinasi taktis.
Tim SAR bekerja keras dalam kondisi sulit untuk menemukan korban selamat dan jenazah. Teknologi dan peralatan canggih juga dimaksimalkan dalam pencarian.
Langkah-Langkah Antisipasi dan Evaluasi Kejadian
Kejadian ini tentu menjadi momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap standar keselamatan pelayaran di Indonesia. Pemerintah perlu meninjau ulang prosedur keselamatan, perawatan kapal, dan pengawasan di pelabuhan.
- Peninjauan kelaikan kapal secara berkala perlu diperketat untuk mencegah kejadian serupa.
- Peningkatan pelatihan bagi awak kapal terkait prosedur keselamatan dan penanganan darurat menjadi sangat penting.
- Sistem peringatan dini cuaca ekstrim perlu ditingkatkan agar para nahkoda dapat mengambil tindakan pencegahan.
Pemerintah juga perlu meningkatkan kerjasama dengan stakeholder terkait untuk memastikan keselamatan pelayaran. Semua pihak harus bertanggung jawab untuk menciptakan sistem transportasi laut yang aman dan handal.
Insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan di laut. Semoga kejadian ini dapat menjadi pelajaran berharga untuk meningkatkan standar keselamatan pelayaran di Indonesia dan mencegah tragedi serupa terjadi di masa mendatang. Dukungan dan doa untuk keluarga korban sangat diperlukan dalam masa duka ini.




