Janji Tak Tepati: Warga TPA Bangkonol Hanya Dapat Kompensasi Sekali
Warga Kampung Pasirwalet dan Mangkubumi, Desa Bangkonol, Kecamatan Koroncong, Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat, mengeluhkan dampak buruk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bangkonol. Bau sampah dan lalat menjadi masalah sehari-hari yang mengganggu kehidupan mereka.
Kekecewaan warga semakin bertambah karena kompensasi yang dijanjikan oleh pemerintah daerah tidak sesuai realitanya. Janji kompensasi bulanan nyatanya hanya terealisasi sekali sebesar Rp25.000,- per tahun.
Bau Sampah dan Lalat Mengganggu Kehidupan Warga Sekitar TPA Bangkonol
Bau busuk sampah dan serangan lalat menjadi keluhan utama warga. Een, salah satu warga Kampung Pasirwalet, mengungkapkan betapa terganggunya kehidupan keluarganya akibat bau yang menyengat, bahkan hingga ke dalam rumah.
Ia mengaku terpaksa menggunakan pewangi ruangan untuk mengurangi bau sampah, terutama setelah hujan. “Tidur saja susah, apalagi kalau habis hujan,” keluhnya.
Keluhan serupa juga disampaikan warga Kampung Mangkubumi. Bau busuk terasa kuat saat truk pengangkut sampah melintas, terutama pada waktu Subuh, Zuhur, dan Magrib.
Kompensasi Tak Sesuai Janji: Kecewa Warga Terdampak TPA Bangkonol
Pemerintah Kabupaten Pandeglang menjanjikan kompensasi bulanan kepada warga terdampak TPA Bangkonol. Namun, janji tersebut tak sepenuhnya ditepati.
Een menuturkan, hanya ayahnya yang menerima kompensasi sebesar Rp25.000,- sekali selama setahun. Warga lain di Kampung Mangkubumi juga mengalami hal serupa, bahkan ada yang menolak kompensasi karena nilainya terlalu kecil.
Mereka menganggap kompensasi sebesar Rp25.000,- terlalu sedikit dibandingkan dengan kerugian yang mereka alami akibat bau sampah dan gangguan lainnya.
Salah satu warga mengungkapkan kekecewaannya karena uang kompensasi diberikan secara diam-diam, tanpa informasi sebelumnya.
Rencana Pemkab Pandeglang Tampung Sampah dari Tangsel: Pertimbangan Lingkungan dan Kesejahteraan Warga
Pemerintah Kabupaten Pandeglang berencana menambah beban TPA Bangkonol dengan menampung sampah dari Kota Tangerang Selatan. Rencana ini menuai protes dari warga.
Warga merasa rencana tersebut akan semakin memperburuk kondisi lingkungan dan kesejahteraan mereka. Belum terselesaikannya masalah bau sampah dan kompensasi yang tidak memadai menjadi dasar penolakan mereka.
Pemkab Pandeglang perlu mempertimbangkan dampak lingkungan dan kesejahteraan warga sebelum melanjutkan rencana tersebut. Transparansi dan dialog yang terbuka dengan warga sangat penting untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan.
Selain itu, perlu adanya komitmen nyata dari pemerintah daerah untuk meningkatkan kompensasi bagi warga dan memperbaiki infrastruktur di sekitar TPA Bangkonol. Jalan rusak dan minim penerangan juga menjadi keluhan warga yang perlu diperhatikan.
Ke depannya, pemerintah perlu memastikan pengelolaan sampah yang lebih baik dan berkelanjutan, serta memastikan kesejahteraan warga sekitar tetap terjaga. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan harmonis.
Pembahasan mengenai pengelolaan sampah dan kompensasi bagi warga terdampak perlu menjadi prioritas utama pemerintah. Solusi yang komprehensif dan berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini.
Semoga pemerintah daerah dapat segera menemukan solusi yang terbaik bagi semua pihak yang terlibat, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kesehatan, dan kesejahteraan warga sekitar TPA Bangkonol.



