Timnas Indonesia Tertarik: Rahasia Uang Tarkam Menggoda
Turnamen tarkam, atau turnamen antar kampung, telah menjadi fenomena menarik di Indonesia. Meskipun seringkali dipandang sebelah mata karena dianggap tidak profesional dan berisiko tinggi, tarkam tetap populer, bahkan menarik minat pemain profesional.
Kepopuleran tarkam ini semakin terlihat saat jeda kompetisi liga. Banyak pemain dari Liga 1 dan Liga 2, bahkan pemain Timnas Indonesia, yang turut berpartisipasi.
Uang Tarkam yang Menggoda
Salah satu faktor pendorong popularitas tarkam adalah bayaran yang cukup menggiurkan bagi para pemain. Besaran bayaran ini bervariasi tergantung pada reputasi turnamen dan status pemain.
Angga Fraceka, Media Officer Cibinong Cup, sebuah turnamen tarkam bergengsi di Jabodetabek, memberikan gambaran tentang besaran bayaran tersebut. Pemain Liga 1, misalnya, bisa mendapatkan bayaran hingga Rp 5 juta per pertandingan.
Bahkan, ia menyebut Bayu Gatra pernah mendapatkan bayaran Rp 5 juta dalam sebuah pertandingan tarkam. Hal ini menunjukkan potensi pendapatan yang cukup menarik bagi pemain profesional, terutama di saat jeda kompetisi.
Partisipasi Pemain Nasional dan Internasional
Keikutsertaan pemain Timnas Indonesia U-23 dalam turnamen tarkam semakin memperkuat popularitasnya. Nama-nama seperti Hokky Caraka, Kadek Arel, Dony Tri Pamungkas, dan Cahya Supriadi sering terlihat di berbagai turnamen tarkam.
Yang lebih mengejutkan, bahkan pemain asing juga turut serta. Angga Fraceka mengungkapkan bahwa Zulfahmi Arifin, pemain Timnas Singapura, pernah berpartisipasi dalam Cibinong Cup 2025.
Partisipasi pemain dari berbagai level, baik lokal maupun internasional, menunjukkan daya tarik tarkam yang tidak hanya terbatas pada pemain amatir. Faktor finansial dan kesempatan bermain tetap menjadi magnet tersendiri.
Cristian Gonzales: Pemain Tarkam Termahal
Dalam hal bayaran, Cristian Gonzales menjadi legenda tersendiri di dunia tarkam. Pengalaman dan namanya yang besar di sepak bola Indonesia membuatnya menjadi pemain tarkam termahal.
Angga Fraceka menyebutkan bahwa Gonzales pernah menerima bayaran hingga Rp 25 juta untuk sekali bertanding. Angka ini jauh lebih tinggi daripada bayaran rata-rata pemain Liga 1 yang bermain di tarkam.
Kehadiran Gonzales di tarkam menunjukkan bahwa turnamen ini mampu menarik pemain-pemain berbakat dan berpengalaman. Hal ini turut meningkatkan popularitas dan daya tarik tarkam itu sendiri.
Kesimpulannya, meskipun kerap dikaitkan dengan sisi negatif, tarkam di Indonesia tetap menjadi fenomena yang menarik perhatian. Bayaran yang menggiurkan, ditambah dengan partisipasi pemain profesional, bahkan pemain internasional, menjadikan tarkam sebagai bagian tak terpisahkan dari sepak bola Indonesia. Ke depannya, mungkin akan menarik untuk melihat bagaimana perkembangan tarkam dan bagaimana regulasinya untuk meningkatkan profesionalitas dan meminimalkan risiko.