Gaya Hidup

Luka Lama Terulang: Mengapa Kita Kembali ke Mantan yang Menyakiti?

Seringkali, kembali kepada seseorang yang pernah menyakiti kita dianggap sebagai kelemahan. Namun, pandangan ini terlalu menyederhanakan kompleksitas emosi manusia.

Advokat kesehatan mental, Gayathri Arvind, menjelaskan bahwa ada ikatan emosional yang kuat yang berperan. Ikatan ini tertanam dalam sistem saraf dan pengalaman masa lalu, membuat kita sulit melepaskan hubungan yang menyakitkan.

Mengapa Kita Kembali pada Orang yang Menyakiti Kita?

Gayathri Arvind menjelaskan bahwa terdapat “kait emosional” yang membuat seseorang terjebak dalam siklus hubungan yang merugikan. Ia mengidentifikasi setidaknya empat jenis kait ini.

Kait-kait ini berakar pada memori, kebutuhan yang tak terpenuhi, dan pola perilaku yang tertanam dalam sistem saraf kita. Memahami kait-kait ini adalah langkah pertama menuju penyembuhan.

Empat Jenis “Kait Emosional” yang Mengikat Kita pada Hubungan yang Menyakitkan

Salah satu kait tersebut adalah “Iblis yang Dikenal”. Otak kita menyimpan memori bertahan hidup (survival memory), yang lebih mementingkan pola daripada fakta.

Bagi seseorang yang tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak stabil secara emosional, cinta mungkin dikaitkan dengan ketidakpastian dan kecemasan. Yang dikenal, meskipun menyakitkan, terasa lebih aman daripada yang tidak dikenal.

Kemudian ada “Sindrom Sekali Lagi”. Ini bukan tentang cinta, tetapi tentang mencari penutupan atau klarifikasi yang belum terpenuhi. Ketiadaan jawaban memicu otak untuk mencari kepastian.

Selanjutnya, ada “Perangkap Titik Manis”. Bahkan hubungan yang tidak sehat memiliki momen-momen indah yang terpatri dalam ingatan. Otak kita rentan terhadap penguatan variabel, hadiah emosional yang tidak menentu.

Terakhir, ada “Perasaan yang Hilang”. Setelah putus, keheningan yang menyusul bisa sangat menyakitkan. Ini mirip dengan gejala putus zat adiktif. Kita merindukan validasi, koneksi, dan rasa nyaman yang pernah ada.

Membebaskan Diri dari Siklus Hubungan yang Merugikan

Langkah awal untuk keluar dari siklus ini adalah dengan mengenali kait emosional mana yang sedang berperan. Kesadaran ini mengaktifkan logika dan membantu menghentikan spiral negatif.

Namun, kesadaran saja tidak cukup. Penyembuhan membutuhkan usaha yang lebih dalam, melibatkan terapi untuk mengatasi akar masalahnya. Terapi membantu mengolah emosi dan membangun pola pikir yang lebih sehat.

Singkatnya, kembali pada orang yang menyakiti kita bukanlah sekadar kelemahan, melainkan sebuah proses yang kompleks dan berakar pada pengalaman masa lalu. Dengan memahami mekanisme ini dan mencari bantuan profesional, kita dapat membebaskan diri dari siklus hubungan yang merugikan dan membangun hubungan yang lebih sehat di masa depan.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button