Trauma Bonding: Mengapa Kita Kembali ke Orang yang Menyakiti Kita?

Kembali pada Mantan yang Menyajikan Kita: Lebih dari Sekadar Kelemahan Emosional
Banyak orang menganggap kembali kepada seseorang yang pernah menyakiti mereka sebagai kelemahan. Namun, pandangan ini terlalu menyederhanakan masalah yang lebih kompleks.
Iblis yang Dikenal: Kenyamanan dalam Ketidaknyamanan
Advokat kesehatan mental, Gayathri Arvind, menjelaskan bahwa “kait emosional” tertanam dalam sistem saraf kita, memengaruhi perilaku kita. Pengalaman masa lalu, terutama dalam lingkungan keluarga yang tidak stabil secara emosional, dapat membentuk persepsi kita tentang cinta.
Individu yang tumbuh dalam lingkungan seperti itu mungkin mengasosiasikan cinta dengan ketidakpastian dan kecemasan. Otak, secara naluriah, cenderung memilih “iblis yang dikenal” daripada ketidakpastian yang tidak terduga, bahkan jika itu berarti tetap dalam hubungan yang menyakitkan.
Sindrom ‘Sekali Lagi’: Mencari Penutupan dan Jawaban
Seringkali, kembali kepada mantan bukanlah karena cinta, melainkan karena rasa ingin tahu. Ketiadaan penutupan atau klarifikasi dari hubungan sebelumnya meninggalkan pertanyaan yang tak terjawab.
Otak mencari jawaban untuk memperoleh rasa kepastian. Namun, penting untuk menyadari bahwa beberapa orang mungkin tidak akan pernah memberikan jawaban yang dicari, karena mereka enggan bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Jebakan Titik Manis: Kejaran Sensasi dan Penguat Variabel
Hubungan yang tidak sehat seringkali memiliki momen-momen indah yang menciptakan kenangan positif. Otak manusia sangat rentan terhadap “variable reinforcement,” yaitu hadiah emosional yang datang secara tidak menentu.
Momen-momen positif ini, seperti pesan hangat di tengah ketidakpedulian, membuat kita terus berharap dan mengejar sensasi tersebut lagi. Ini mirip dengan kecanduan judi, di mana kita terus bermain untuk mendapatkan kembali perasaan euforia.
Kehilangan Perasaan: Lebih dari Sekedar Kehilangan Seseorang
Setelah putus, yang paling menyakitkan bukanlah pertengkaran, tetapi keheningan yang mengikutinya. Reaksi ini mirip dengan gejala putus zat adiktif.
Kita merindukan bukan hanya orang tersebut, tetapi juga perasaan yang mereka berikan: validasi, koneksi, dan kenyamanan. Tubuh kita mengalami kepanikan karena kehilangan tersebut, membuat kita merasa tak mampu hidup tanpanya.
Melepaskan Diri dari Siklus yang Menyakitkan
Langkah awal untuk keluar dari siklus ini adalah dengan menyadari kait emosional apa yang menarik kita kembali. Kesadaran ini akan mengaktifkan logika dan membantu menghentikan spiral negatif.
Namun, kesadaran saja seringkali tidak cukup. Penyembuhan akar masalah membutuhkan waktu dan usaha, dan terapi dapat menjadi alat yang sangat membantu dalam proses ini. Memahami akar masalah dan membangun kembali hubungan yang sehat dengan diri sendiri adalah kunci untuk memutus siklus yang menyakitkan.