Kuasai Emosimu: Rahasia Pakar Kesehatan Mental untuk Hidup Tenang

Advokat kesehatan mental, Gayathri Arvind, mendorong pemahaman yang lebih mendalam tentang “memproses emosi dengan benar,” sebuah istilah yang sering disalahartikan.
Ia menekankan pentingnya memahami emosi sebagai pesan kimiawi tubuh, bukan sebagai musuh yang harus ditaklukkan.
Memahami Tiga Jenis Emosi
Arvind mengklasifikasikan emosi menjadi tiga jenis: emosi primer (takut, sedih, bahagia), emosi sekunder (rasa bersalah, malu, muncul akibat pengondisian sosial), dan emosi kompleks (iri hati, dendam, putus asa).
Pemahaman ini membantu kita membedakan antara respon alami tubuh dan interpretasi kita terhadapnya.
Emosi: Pesan Singkat, Pikiran yang Berkelanjutan
Penelitian menunjukkan emosi dasar berlangsung singkat, sekitar 90 detik, jika tidak diiringi pikiran tambahan.
Namun, pikiran negatif yang berputar-putar dapat memperpanjang dan memperparah pengalaman emosional.
Sebagai contoh, kecemburuan terhadap keberhasilan teman dapat berkembang menjadi rasa malu, bersalah, dan sedih jika diiringi pikiran-pikiran negatif.
Inilah yang menyebabkan “lingkaran setan” emosi negatif yang berkepanjangan.
Mengatasi Emosi dengan Bijak
Arvind menyarankan agar kita tidak melawan emosi, tetapi mencoba memahami pesannya.
Dengan berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri, “Apa pesan emosi ini?”, kita dapat mengelola emosi dengan lebih efektif.
Kecemburuan, misalnya, bisa menjadi indikator keinginan kita sendiri, sementara kemarahan dapat menunjukkan nilai-nilai yang kita pegang teguh.
Dengan memahami emosi, kita dapat mengurangi kekuatannya atas diri kita dan mengarahkannya untuk pertumbuhan pribadi.
Memilih pikiran alternatif dan membangun pola pikir yang lebih sehat adalah kunci dalam mengelola emosi dengan bijak.
Alih-alih berfokus pada penekanan emosi, fokuslah pada pemahaman dan penerimaan, sehingga emosi menjadi panduan, bukan penghalang.
Dengan demikian, kita dapat memanfaatkan emosi sebagai alat untuk introspeksi dan pertumbuhan diri.